BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Catu daya atau power supply merupakan suatu
rangkaian elektronik yang mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus
listrik searah. Catu daya menjadi bagian yang penting dalam elektonika yang
berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu. Catu
daya (Power Supply) juga dapat digunakan sebagai perangkat yang memasok listrik
energi untuk satu atau lebih beban listrik.
Secara umum prinsip rangkaian catu daya
terdiri atas komponen utama yaitu; transformator, dioda dan kondensator. Dalam
pembuatan rangkaian catu daya, selain menggunakan komponen utama juga
diperlukan komponen pendukung agar rangkaian tersebut dapat berfungsi dengan
baik. Komponen Pendukung tersebut antara lain : sakelar, sekering (fuse), lampu
indicator, voltmeter dan amperemeter, jack dan plug, Printed Circuit Board
(PCB), kabel dan steker, serta Chasis. Baik komponen utama maupun komponen
pendukung sama sama berperan penting dalam rangkaian catu daya.
I.2. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memahami prinsip kerja berbagai macam catu daya dan mengetahui
peluang usaha dan nilai jual dari catu daya. Selain itu, diharapkan agar
pembaca mendapat pengetahuan baik mengenai alat catu daya maupun dari sisi
peluang usaha pembuatan catu daya .
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Teori Dasar
Catu daya merupakan suatu Rangkaian yang paling penting bagi
sistem elektronika. Ada dua sumber catu daya yaitu sumber AC dan sumber DC.
Sumber AC yaitu sumber tegangan bolak – balik, sedangkan sumber tegangan DC
merupakan sumber tegangan searah.
Bila dilihat dengan osiloskop seperti berikut :
(a) Tegangan AC
Sumber
Tegangan Bila diamati sumber AC tegangan berayun sewaktu-waktu pada kutub
positif dan sewaktu-waktu pada kutub negatif, sedangkan sumber AC selalu pada
satu kutub saja, positif saja atau negatif saja. Dari sumber AC dapat
disearahkan menjadi sumber DC dengan menggunakan rangkaian penyearah yang di
bentuk dari dioda. Ada tiga macam rangkaian penyearah dasar yaitu penyearah
setengah gelombang, gelombang penuh dan sistem jembatan
(a)
Penyearah Setengah Gelombang
(b)Penyearah Setengah Gelombang
(c) Penyearah Sistem Jembatan
Rangkaian Penyearah Biasanya output dari rangkaian diberi
suatu filter kapasitor untuk menghilangkan riak sehingga diperoleh tegangan DC
yang stabil. Tegangan DC juga dapat diperoleh dari baterai. Dengan penggunaan
baterai ditawarkan sumber tegangan DC yang stabil dan portable namun dapat habis
tergantung kapasitas baterai tersebut. Tegangan yang tersedia dari suatu sumber
tegangan yang ada biasanya tidak sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu diperlukan
suatu regulator tegangan yang berfungsi untuk menjaga agar tegangan bernilai konstan
pada nilai tertentu. Regulator tegangan ini biasanya berupa IC dengan kode 78xx
atau 79xx. Untuk seri 78xx digunakan untuk regulator tegangan DC positif,
sedangkan 79xx digunakan untuk regulator DC negatif. Nilai xx menandakan
tegangan yang akan diregulasikan. Misalnya kebutuhan sistem adalah positif 5
volt, maka regulator yang digunakan adalah 7805. IC regulator ini biasanya
terdiri dari tiga pin yaitu input, ground dan output. Dalam menggunakan IC ini
tegangan input harus lebih besar beberapa persen (tergantung pada data sheet)
dari tegangan yang akan diregulasikan.
1. Trafo (Penurun
Tegangan)
Trafo atau transformator merupakan komponen utama dalam
membuat rangkaian catu daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan listrik.
Trafo dapat menaikkan dan menurunkan tegangan.
Berdasarkan
tegangan yang dikeluarkan dari belitan scundair dibagi menjadi 2 yaitu:
a).
Step up (penaik tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita butuhkan
lebih tinggi dari tegangan primair ( jala listrik).
b).
Step down (penurun tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita
butuhkan lebih rendah dari tegangan primair (jala listrik).
Berdasarkan
pemasangan gulungannya dikenal 2 (dua) macam trafo yaitu:
a).
Trafo tanpa center tap (CT)
b).
Trafo dengan center tap (CT)
2. Dioda Rectifier (Penyearah )
Peranan rectifier dalam rangkaian catu daya adalah untuk
mengubah tegangan listrik AC yang berasal dari trafo step- down atau trafo
adaptor menjadi tegangan listrik arus searah DC.
a).
Penyearah Setengah Gelombang
Dalam
komponen elektronika penyearah setengah gelombang disebut juga Half Wave
Rectifier.
b).Penyearah
Gelombang Penuh
Dalam komponen elektronika penyearah gelombang
penuh disebut juga Full Wave Rectifier.3. Filter (Penyaring )
Penyaring atau filter merupakan
bagian yang terdiri dari kapasitor yang berfungsi sebagai penyaring atau
meratakan tegangan listrik yang berasal dari rectifier. Selain menggunakan
filter juga menggunakan resistor sebagai tahanan.
4.
Stabilizer dan Regulator
Stabilizer dan regulator adalah bagian yang terdiri dari
komponen dioda zener, transistor, komponen IC atau kombinasi dari ketiga
komponen tersebut. Komponen ini berfungsi sebagai penstabil dan pengatur
tegangan (regulator) yang berasal dari rangkaian penyaring.
Selain komponen utama dalam pembuatan rangkaian catu daya
juga menggunakan berbagai komponen pendukung lainnya seperti sakelar, sekering,
lampu indicator, voltmeter, multimeter, PCB ( Printed Circuit Board) dan
berbagai komponen pendukung lainnya.
II.3. Prinsip Kerja
1.
Prinsip Kerja Catu Daya
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus
searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik.
Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk
aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak
cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating
current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu
perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali
ini disajikan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai
dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang
ter-regulasi.
2. Penyearah
(Rectifier)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana
ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini. Transformator (T1) diperlukan untuk
menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi
tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah
dari arus AC menjadi DC dan meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini yang
disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk mendapatkan
penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan center
tap (CT) seperti pada gambar-2.
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1
sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT
transformator sebagai common ground. Dengan demikian beban R1 mendapat
suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi
seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk
tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple
dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.
Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang
dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter
ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan
bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan
filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan
tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan
kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai
dengan sifat pengosongan kapasitor.
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang
mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan
membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan
kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji
dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL ………. (1)
dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM
+ Vr/2 ….. (2)
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki
tegangan ripple paling kecil. VL adalah tegangan discharge
atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC ………. (3)
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh
:
Vr = VM (1 – e -T/RC) …… (4)
Jika T << RC, dapat ditulis : e -T/RC »
1 – T/RC ….. (5)
sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh
persamaan yang lebih sederhana :
Vr = VM(T/RC) …. (6)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan
ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap
tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan
nilai tengangan ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C
… (7)
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka
tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C
semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan
biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari
jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala
listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah
setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja fekuensi
gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat
dengan menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan
menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda
seperti pada gambar-5 berikut ini.
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang
penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5
A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki
tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7)
dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco
yang memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja
kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya.
Anda barangkalai sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat
mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat,
apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak
tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau
tiga buah kapasitor.
3.
Voltage Regulator
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya
kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka
tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas,
jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun. Untuk
beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan
komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar
sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply
maka IC Regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan
tegangan.
Berikut susunan kaki IC regulator tersebut.
Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5
volt, 7812 regulator tegangan +12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX
misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-turut adalah regulator tegangan -5
dan -12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator
yang tegangannya dapat diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang
dikemas dalam satu IC misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan LM337
untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC,
sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut.
Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada
gambar 6. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown,
sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout
= Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari
50mA.
Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt
regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel
dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit.
Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya
tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut
dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian
pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah :
Vout = VZ + VBE ……….. (8)
VBE adalah tegangan base-emitor dari
transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 – 0.7 volt tergantung dari jenis
transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir
pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin – Vz)/Iz ………(9)
Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda
zener untuk mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Besar arus ini
dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu
perhitungan arus base IB pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan
lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus
terhadap arus IB atau dirumskan dengan IC = bIB.
Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington
yang biasanya memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor darlington,
arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan
menggunakan Op-Amp untuk men-drive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar
8. Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan
sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp
adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout ……. (10)
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-)
juga akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz.
Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya
karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik
referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada
setiap saat Op-amp menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vz ……… (11)
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan
mensubsitusi rumus (11) ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz……….. (12)
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur
dengan mengatur besar R1 dan R2. Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi
mencari op-amp, transistor dan komponen lainnya untuk merealisasikan rangkaian
regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi
satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX
sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan
regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah
dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu
(thermal shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah
beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang
ter-regulasi dengan baik.
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan
IC tersebut bisa bekerja, tengangan input harus lebih besar dari tegangan
output regulatornya. Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap Vout
yang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen tersebut. Pemakaian heatshink
(aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk men-catu arus
yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa dilewati arus
mencapai 1 A.
II.4. Alat dan Bahan
Komponen dasar yang diperlukan untuk membuat catu daya ini
adalah sebagai berikut:
- Solder
- Timah
- Bor
- Papan PCB
- Travo 3 Ampere
- Dioda 1 Ampere (atau jika ada gunakan dioda Brige)
- Capasitor Polar 10uF/16V
- IC regulator 7812
- Resistor 1k ohm
- LED warna merah
- Sekring 1 Ampere + soket
- Kabel AC
II.5. Langkah-langkah Pembuatan Catu Daya
Setelah komponen tersebut ada, kita akan mulai merangkai
rangkaian Catu Daya tersebut. Kemudian akan diperlukan gambar susunan
rangkaian Catu Daya ini. Berikut adalah contoh gambar susunan rangkaian Catu
Daya.
Setelah memperoleh gambar rangkaian ini rangkailah komponen
sesuai dengan rangkaian diatas. Dalam merangkai rangkaian ini ada beberapa hal
yang harus diperhatikan.
Pertama dalam memasang dioda (gunakan dioda brige 1 Ampere)
dioda ini memiliki 4 buah kaki yang berisi simbul +, -, dan 2 buah simbol ~.1
kaki yang berisi gambar ~ dihubungkan dengan travo yang berisi angka 12V, dan
kaki yang bergambar ~ yang lainnya dihubungkan dengan travo yang berisi tanda
0. Kemudian kaki dioda yang bergambar + dihubungkan dengan kaki + capasitor,
dan kaki dioda yang berisi gambar -, dihubungkan dengan kaki – kapasitor.
Kemudian kaki + capasitor dihubungkan dengan kaki input dari
IC 7812 (IC ini berisi 3 kaki, untuk lebih jelasnya lihat data Sheet yang
disediakan di akhir pembahasan ini), dan kaki – kapasitor dihubungkan dengan
kaki Ground/- dari IC 7812.
Setelah itu kaki ke tiga dari IC 7812 yang merupakan kaki
keuaran yang harus di hubungkan dengan kaki + kapasitor yang ke 2, dan Ground
dari IC 7812 dihubungkan dengan kaki – dari kapasitor ke 2.
Setelah itu pada kaki + kapasitor ke dipasangkan ke
salah satu kaki resistor 1k ohm dan kaki yang satunga dari resisitor ini
dihubungkan pada kaki + dari LED, kemudian kaki – dari LED di hubungkan pada
kaki – kapasitor ke 2.
Kemudian pada kaki + pada kapasitor ke 2 dipasangkan kabel
yang berisi jepit buaya warna merah, dan pada kaki – kapasitor ke 2 dipasangkan
kaber yang berisi jepit buaya warna hitam.
Dan yang terakhir adalah memasang kaber AC yang sudah berisi
sekring pada travo. Cara pemasangannya sangat mudah yaitu memasangkan salah
satu bagian kabel AC ke travo yang berisi tanda 220V dan bagian lain dari kabel
AC dipasangkan pada travo yang bertandakan 0 di sebelah tanda 220V.
DAFTAR PUSTAKA
2.
WIRANTO, dkk, 2004, ”Diktat Aplikasi
Mikrokontroler dalam Instrumentasi Nuklir”,
Pusdiklat –BATAN, Jakarta
3.
http
:// ADC/DAC data sheet.com
4.
ORTEC, 1991, “Operating and Service
Manual of Low Voltage DC Power Supply”, USA.
5.
TECHNICAL ASSOCIATEDS, 1988, “DC
High Voltage Power Supply”